Jumat, 26 Agustus 2011

Melodik Punk

Abstrak

Musik Punk telah berkembang seiring dengan tuntutan pasar yang menginginkan kualitas melodic yang easy listening, Kalau biasanya melodic punk lebih terfokus untuk memprovokasi massa, atau selalu punya tujuan membangkitkan semangat dan emosi massanya, para pengusung melodic punk lebih concern kepada musik yang mereka mainkan.

Maka dari itu timbul Punk melodic yang cenderung mengusung melodic yang yang terkesan romantis tetapi tidak meninggalkan unsur punknya.

Pendahuluan

Sebelum kita membahas tentang perkembangan musik punk, tidak salah kalau kita tau tentang historis dari punk. Kultus skinhead (Punk) pertama kali muncul sekitar tahun 1940an. Ada beberapa factor yang mendukung berkembangnya kultus ini.

Sejatinya embrio punk berasal dari hidup yang serba susah. Saat itu, banyak anak muda yang dilahirkan tanpa ayah karena meninggal dalam Perang Dunia II. Tahun 1960-an mereka jadi remaja, dan tiba-tiba saja mereka merasakan betapa susahnya hidup. Mereka menyalahkan pemerintah yang telah menggiring ayah-ayah mereka ke medan perang.

Situasi itu menumbuhkan generasi bunga (flower generation). Kerja mereka berdemonstrasi di jalanan, dengan membagi-bagikan bunga, dan berbusana motif bunga. Momentum ini menandai kelahiran kaum hippies.

Ketika protes menemui jalan buntu, mereka tenggelam dalam kesendirian,. Gaya hidup hippies merebak dengan cepat dan membawa nilai-nilai baru: antimiliter, antiperang, antiagama, dan beragam anti-anti lain, tak terkecuali anti-norma dan seks bebas.

Merebaknya gaya hidup hippies ditandai oleh anak-anak berbusana skater yaitu memakai celana berpipa ekstra lebar dengan motif menyala, mengenakan manik-manik, sandal, jaket, atau mantel bulu. Bertolak belakang dari raut wajah militer, mereka membiarkan rambutnya panjang tergerai. Sebagian di antaranya memelihara kumis dan jenggot. Mereka pun dekat dengan segala jenis madat, mulai heroin sampai ganja.

Kecenderungan hidup semacam itu menimbulkan reaksi kaum muda lain. Muncul generasi baru: skinhead (Punk). Kepala mereka botak, atau sedikitnya cepak, bercelana jins pudar yang digulung sampai mata kaki hingga sepatu larsnya kelihatan. Di dalam benak mereka, tertanam prasangka bahwa gaya hippies telah membawa masyarakat pada sikap pasif.

Permusuhan skinhead dan hippies berlangsung, dan memasuki tempo tinggi menjelang paruh akhir 1960-an. Yang menarik, mereka sama-sama anti-kemapanan.

Anak-anak muda Inggris, yang juga anti kemapanan (para anak punk / Skinhead). Mereka ingin memberikan gaya baru dari style punk, beramai-ramai mereka mencukur rambut. Tak sampai gundul habis, di tengah-tengahnya disisakan rambut, yang mereka sebut mohawk, atau kadang disebut gaya mohican.

Para musisi punk menyebut gitaris dari band punk The Ramones Johnny Ramone sebagai bapak dari punk, The Ramones awalnya dibentuk oleh Cummings bersama Dee Dee dan Joey pada tahun 1974. Pada saat itu Joey berperan sebagai penggebuk drum namun kemudian menjadi vokalis utama ketika manajer Tommy, teman sekolah Cummings, mengambil alih drum.
Band Ramones tercatat sebagai salah satu band punk rock terkenal di klub New York CBGB selama tahun 1975-1976 bersama beberapa band seperti Patti Smith Group, Televesion dan Heartbreakers. The Ramones menandatangi kontrak di Amerika bersama Sire Records tahun 1976 namun sukses terbesar mereka terjadi di Inggris.

Tiga album pertama the Ramones memberikan pengaruh sangat besar bagi perkembangan musik punk dunia. Lewat empat albumnya berhasil nangkring di top 40 tangga lagu Inggris dalam kurun waktu 1978-1980. Sukes komersil terbesarnya diraih bersama the Phil Spector memproduksi “End of the Century” dan single dari the Ronettes “Baby I Love You” tahun 1980.

Band Ramones tidak hanya menjadi kiblat bagi para musisi punk di Indonesia bahkan bagi musisi punk di seluruh dunia.

Tanggapan masyarakat tentang munculnya musik punk

Jika kita berlajan-jalan di kota yogyakarta di pertigaan jalan Demangan Yogyakarta atau di alun-alun kota Badung ataupun di “ gang setan” sebelah Mc Donals jalan basuki rachmad Surabaya, kita bisa melihat anak- anak muda dengan kepala pelontos atau setengah pelontos tetapi disisahkan rambut di tengah-tengah kepala ( ini disebur gaya Mohawk atau Mohican bagi style punk ) yang diberdirikan, memakai celana jeans ketat, sepatu boot, t-shirt, dengan jaket levis yang ketat dan asesoris rantai di sekitar celananya, dan beberapa asesoris di badan mereka. Inilah salah satu yang bagi anak-anak muada zaman sekarang di sebut dengan gaya Punk/Skinhead. Yank tak lazim mereka memekainya dengan penuh rasa bangga. Mungkin masyarakat melihat style yang di pakai oleh anak muda punkers terkesan urakan atau berandalan.

Banyak dari para orang tua memplot anaknya untuk tadak berdabdan dengan gaya itu karena efek negative dari sryle yang mereka kenakan di masyarakat. Kultus punk yang sudah mendunia, di Indonesia misalnya banyak festival-festival atau konser- konser musik yang bernotabekan konser/festival musik punk, sebagai contoh dikota-kata besar di Indonesia.

Di kota yogyakarta konser punk dilaksanakan di UIN yogya. Yang anehnaya, UIN yang notabene universitas Islam malah yang mensupport habis acara ini. Konser itu melahap jutaan penonton, karena penasaran, ngefans abis, atau dari mereka yang pengen ikut-ikutan nonton. Whetever konser ini membuka underground komunitas punk. Dan di kota bandung banyaknya band-band SMU saat itu yang memainkan lagu-lagu dari band-band punk luar, seperti Blink 182.

Anak-anak SMU di Yogyakarta, Jakarta, Surabaya, dan berbagai kota kecil lainnya sering mengumandangkan lagu-lagu Blink di studio latihan mereka. Bahkan, dalam sebuah audisi di Kota Bogor untuk sebuah acara musik indie, 70 persen dari peserta audisi adalah band beraliran punk.

Di masyarakat terdapat pro dan kontra tentang kultus punk yang berkembang pada anak muda saat ini, banyak yang mengartikan munculnya punk adalah pengaruh yang buruk bagi anak muda karena filosofi dari kultus punk itu sendiri adalan anti kemapanan, tetapi ada yang berpendapat bahwa para anak-anak muda tidak nencontoh dari idiologi punk tetapi hanya style dari punk itu sendiri dengan kata lain anak-anak muda pada saat ini bisa lebih selektif dalam menerima kultus asing yang masuk ke negara kita, tetapi ada sebagian dari generasi muda yang menerima kultus punk yang anti kemapanan.

Warna musik punk dapat di bagi menjadi beberapa jenis

Musik punk old scool

Musik punk old scool yang juga dapat disebut dengan musikalitas punk yang masih orisinil yaitu cenderung dengan nada-nada yang keras dengan lirik-lirik yang bersifat memprovokasi.

Musik punk new scool

Musik punk new scool hampir seperti musik punk old scool, yang membedakan adalah nada-nadanya yang lebih berfariatif.

Musik punk melodic

Musik punk ini sangat berbeda dengan karakter musik pendahulunya musikalisasi punk melodil cenderung dengan nada-nada yang indah dan menggunakan lyric-lyric yang romantis tetapi tidak lepas dari unsur musik punk.

Musik punk yang mendunia

Musik Punk adalah salah satu musik yang dianggap cadas pada zaman ketika ia berdiri bahkan sampai sekarang, pada saat itu ketika musik klasik di gunakan untuk mengiringi kaum bangsawan pada pesta-pestanya yang glamour. Rakyak kecil yang juga butuh suguhan musik untuk hiburan, maka timbullan beberapa warna musik seperti blues bagi kaum kulit hitam, regee di daerah brasil, dan punk dari pecahan musik rock. Musik-musik minoritas sangat digemari pada saat itu karena diamggap sebagai perwujudan dari aspirasi mereka yang terpendam.

Sebagai contoh The Bussines, band Oi (Punk) dari London Inggris datang untuk menyelenggarakan konser pertamanya di Amerika Serikat, tak ada publikasi yang besar-besaran dan iklan yang mahal. Namun, dengan berita dari mulut ke mulut dan publikasi underground, esok harinya sekitar 6000 fans The Bussines berhamburan menuju salah satu stadion di sana untuk melihat para pahlawannya tampil.

Perkembangan musik punk sangat pesat, para musisi punk banyak di hasilkan dari indie label kemudian mereka direkomendasikan menuju major label seperti band punk asal pulau dewata yaitu “ Supermen Is Dead “ mereka melairkan album mereka dari indie label kemudian mereka direkomendasikan ke major label karena album mereka meledak untuk album indie sampai tejual beberapa ratus kaset.

Sebagai kultur yang minoritas punk sangat populer, karena kultur tersebut sangat mendunia. Kita membicarakan tentang sebuah budaya yang mempunyai idiologi anti kemapanan. Bahkan musikalitasnya yang cenderung cadas banyak diminati oleh pemuda dari manca negara, bahkan para generasi muda kita. Tidak sedikit yang meminati warna musik punk yang sangat memprovokasi dan memainkan adrenalin.

Musikalitas punk yang idialialis tetapi inovatif

Sesungguhnya punk adalah sebuah kultur yang anti kemapanan, dari filosofinya yang keras musikalitas punk cenderung idialis dengan segala ciri khasnya.

Para musisi punk old school cebderung menuangkan lyric yang politis pada lagu-lagu karyanya, hal ini dapat disimpulkan bahwa musikalitas dari para musisi punk sangat inovatif. Pada masa punk old school disana sedang marak dengan demontrasi-demontrasi tentang tuntutan-tuntutan politis kepada pemerintahan, bahkan ada salah satu band punk yang di cekal albumnya dikarenakan lyric-lyric lagu mereka dituding melecehkan pemerintahan setempat.

Bukan berarti para punkers adalah segerombolan anak muda yang anarki/brutal, malah para pencinta kultur skinhead ini lebih banyak orang yang peka dalam hal sosial, kejurnalistikan bahkan hingga politik. Sebagai contoh di Jerman pada Oktober 1990, para Oi mania memadati jalanan-jalanan di kota tersebut dengan mengelu-elukan “ Kami Skinhead tapi kami bukan rassis yang berfikir tentang kami saja, tetapi kami banyak berfikir untuk kemajuan negara “.

Pada saat ini para musisi-musisi punk berani bereksperimen dengan musiknya hal ini dikarenakan tuntutan pasar yang cenderung menuntun musik yang easy listening dengan lyric-lyric yang bernafaskan cinta.

Sebagai contoh band Blink 182, band punk asal California Amerika Serikat ini pada album-album perdananya masih kental dengan unsure punk old schoolnya, tetapi dialbum yang teraknir ini band punk yang lagunya pada setiap album yang diluncurkan selalu dapat menduduki 40 besar tangga nada MTV Amerika Serikat yang dimana ajang ini dapat menjadi tolak ukur dimana band tersebut dapat exist di belantika musik, menyuguihkan beberapa inovasi diantaranya dengan memasukkan unsure romantis pada lagunya dan diiringi dengan nada yang romantis tetapi tetap bersemangat.

Cara pandang major label terhadap musikalitas Punk dan pemasarannya

Indonesia adalah negara yang berkembang dan memiliki jumlah penduduk keempat terbesar di dunia. Banyak warna musik yang berkembang di Indonesia salah satunya adalah warna musik punk. Di Indonesia banyak bermunculan perusahaan-perusahaan rekaman yang mewadahi para musisi-musisi Indonesia untuk mengenalkan musiknya.

Para produser lagu melihat warna musik punk adalah sebuah musikalitas yang sudah mendunia yang kultur-kulturnya telah masuk pada jiwa sebagian generasi muda di Indonesia. Maka dari itu para produser rekaman major label mengangkat musikalitas punk untuk exist, sehingga banyak bermunculan band-band punk di Indonesia seperti Netral, Supermen is Dead dll.

Panca pasar di Indonesia sangat menguntungkan bagi musisi punk karena kultur punk mulai masuk di jiwa generasi muda, karena para penikmat musik di Indinesia banyak yang menyukai lagu yang romantis dan bernuansa cinta maka para musisi punk banyak mengusung jenis lagu punk melodic yang didalamnya ada unsure romantisnya

Banyak publikasi atau media-media yang bagi para produser untuk mempromokan album dari musisi punk, dari tour konser di kota-kota di Indonesia dari festival-festival band punk edan bahkan di media elektronik seperti TV dan radio.

Punk melodic yang romantis

Dengan nama musikalitas punk, cenderung konotasi masyarakat awam melihat warna musik punk yang cadas, tetapi band-band melodic punk bisa beromantis ria, dengan kemasan musik tetap sangar, tapi enak didengar.

Hampir setiap tahun kita bakal bertemu dengan nama-nama baru di dunia musik. Sebagian dari mereka bertahan dan sebagian menghilang entah ke mana. Biasanya beberapa band yang bisa survive muncul barengan dengan menawarkan kesamaan bentuk musik pula. Lama- lama kesamaan itu mewabah, menjadi tren dan akhirnya bisa menularkan gaya mereka ke band-band lain yang belakangan muncul.

Pada saat ini marak dengan munculnya warna musik yang dinamakan alternative rock, maka banyak musikalitas punk yang di sebut dengan alternative rock padahal warna musik seperti itu adalah punk melodic, seperti band netral yang musikalitasnya cunderung punk disebut dengan alternative rock. Yang palink parah ketika mincul warna musik yang di sebut hip metal. Sampai-sampai sum41 yang cenderung punk disenbut dengan new rock atau hip metal.

banyak perdebatan yang terjadi soal perkembangan musik punk melodic, saya sempat berfikir jangan-jangan sebuah band yang bukan punk karena sekarang ini lagi mewabah alternative rock maka disebut alternative rock.

Sesungguhnya warna musik punk melodic seperti blink 182, godcharlote, sum41, simple plan, dll dan di dalam negeri ending sukamti, netral, superman is dead dll adalah sajian musiknya tetap punk tetapi dengan nada yang agak romantis dan lyric yang ada unsure cinta di dalamnya.

Belakangan ini dunia musik memang tengah dibanjiri kemunculan band-band dengan warna musik punk yang lebih modern. Bukan hanya di luar negeri, tapi juga dari pentas musik dalam negeri.
Punk dengan kemasan “lebih trendi” ini sebenarnya juga tetap berakar dari punk. Sejalan dengan perubahan zaman, punk sebagai sebuah aliran musik pun mengalami banyak perubahan. Punk sekarang mungkin akan terdengar jauh berbeda dengan warna musik punk di awal kemunculannya. Saat The Ramones di Amrik atau Sex Pistols di Inggris menggila di akhir dekade 1970-an.

Jadi, sah saja bila musik punk pun di tiap masanya, punya massa yang berbeda. Sesuai dengan perubahan corak musik yang muncul di dalam musik punk yang sedang in saat itu. Dengan kata lain, tiap generasi punya pahlawan punk-nya sendiri. Om kita bilang punk adalah Sex Pistols, The Ramones, atau The Clash. Kakak kita malah ngotot Bad Religion atau NOFX- lah band punk sejati. Tapi, kita juga boleh kok bilang kalau Blink 182, Rocket Rockers, atau Endank Soekamti yang lagi ngetop dengan lagu Bau Mulut-nya sebagai band-band punk juga.

Band-band yang disebut belakangan dan lagu-lagunya sedang airplay di radio-radio plus MTV itulah, yang kemudian disebut sebagai band-band beraliran melodic punk. Sebuah interpretasi baru terhadap akar musik punk hingga menjadi tren sekarang ini.

Ada benang merah yang bisa ditarik dari band-band pengusung melodic punk tersebut. Dibandingkan dengan band-band dengan gaya punk lainnya, nada dan komposisi lagu-lagu dari style band-band melodic punk nyanyikan lebih tertata rapi. Musiknya juga lebih banyak akrab dan enak didengar. Kalau biasanya punk lebih terfokus untuk memprovokasi massa, atau selalu punya tujuan membangkitkan semangat dan emosi massanya, para pengusung melodic punk lebih concern kepada musik yang mereka mainkan.

Penutup

Musik punk telah berkembang dari masa ke masa, maka timbullah musik punk yang tetap keras tetapi ada unsur romantis di dalamnya, di karenakan tuntutan pasar yang cenderung menyukai warna musik yang romantis.

Tetapi musik punk melodic tidak lepas sama sekali dari unsur punknya walaupun terkesan romantis tetapi tetap dapat membangkitkan semangat dan emosi para pencinta musik punk seperti warna musik punk pendahulunya.

Maka dari itu konotasi bahwa lagu-lagu yang dibawakan band punk tidak cenderung selalu cadas, band punk dapat menginovasi lagu-lagu karyanya dengan lebih romantis, walaupun dengan berbagai kontroversi tentang timbulnya punk melodik. Tetapi warna musik punk melodic tetap exist di Indonesia bahkan di dunia.

Selasa, 31 Mei 2011








Kompilasi,kompilasi dan kompilasi KAMPRET RECORDS, semuanya band lokal  yg di satu padukan dengan bernaluri musik genre masing-masing band,ada yang punk rock,pop punk,streetpunk jg ada,ska punk,mellow down,death metal grollhm scream emo,new wave,punk corco...!!!
liriknya ada yang keos,ada yang melly gogoes slow,susahnya kehidupan morat marit gk jelas,ada yang bersenang-senang terus,luka, merdeka dan bebaskn aksimu serta ide...!!!
Keren kompilasinya berulang-ulang aku dengarin,yang mau membeli kompilasi ini silahkan saja mencari tempat-tempat mereka barteran,tapi lebih baik duit itu di belikan nasi goreng ampera 67....!!!
hahaaaa...a
tapi gk perlu laaah blik,niiy aku ksi link downloadnya,tnggl klik download sesukanya...hahahahaaaaa

(download)
http://www.mediafire.com/?yfpq554930sn6zd

Kamis, 24 Februari 2011

Jumat, 18 Februari 2011

The Dissent of Man

 

 


Track listing

No. Title Writer(s) Length
1. "The Day That the Earth Stalled"   Graffin 1:23
2. "Only Rain"   Gurewitz 2:43
3. "The Resist Stance"   Graffin 2:32
4. "Won't Somebody"   Gurewitz 2:42
5. "The Devil in Stitches"   Gurewitz 3:28
6. "Pride and the Pallor"   Graffin 2:56
7. "Wrong Way Kids"   Gurewitz 2:43
8. "Meeting of the Minds"   Graffin 2:06
9. "Someone to Believe"   Graffin 2:38
10. "Avalon"   Graffin 3:28
11. "Cyanide"   Gurewitz 3:55
12. "Turn Your Back on Me"   Gurewitz 2:24
13. "Ad Hominem"   Graffin 3:27
14. "Where the Fun Is"   Gurewitz 3:04
15. "I Won't Say Anything"   Gurewitz 3:22
Deluxe Digital Download Tracks
No. Title Writer(s) Length
16. "Finite"   Graffin 3:51
17. "Best for You" (Live) Graffin 2:09
18. "Pessimistic Lines" (Live) Graffin 1:15
19. "How Much Is Enough?" (Live) Gurewitz 1:33
20. "Generator" (Live) Gurewitz 3:36

 

Selasa, 15 Februari 2011

CANCEL TRIBUTE 22 RAMONES ATAU RAMUNI

THE RAMONES






Ramones Discography

The Ramones (1976)

  1. Blitzkrieg Bop 2.12
  2. Beat On The Brat 2.31
  3. Judy Is A Punk 1.30
  4. I Wanna Be Your Boyfriend 2.15
  5. Chain Saw 1.55
  6. Now I Wanna Sniff Some Glue 1.35
  7. I Don't Wanna Go Down To The Basement 2.37
  8. Loudmouth 2.14
  9. Havana Affair 1.56
  10. Listen To My Heart 1.57
  11. 53rd & 3rd 2.21
  12. Let's Dance 1.52 (Jim Lee)
  13. I Don't Wanna Walk Around With You 1.43
  14. Today Your Love, Tomorrow The World 2.10
All songs written by The Ramones except "Let's Dance"

Leave Home (1977)

  1. Glad To See You Go 2.10
  2. Gimme Gimme Shock Treatment 1.40
  3. I Remember You 2.18
  4. Oh Oh I Love Her So 2.03
  5. Sheena Is A Punk Rocker 2.45
  6. Babysitter 2.44
  7. Carbona Not Glue
  8. Suzy Is A Headbanger 2.10
  9. Pinhead 2.43
  10. Now I Wanna Be A Good Boy 2.12
  11. Swallow Your Pride 2.05
  12. What's Your Game 2.34
  13. California Sun 2.01 (H.Glover/M.Levy)
  14. Commando 1.51
  15. You're Gonna Kill That Girl 2.39
  16. You Should Never Have Opened That Door 1.55
All songs written by The Ramones except "California Sun"

Rocket to Russia (1977)

  1. Cretin Hop 1.56
  2. Rockaway Beach 2.06
  3. Here Today, Gone Tomorrow 2.49
  4. Locket Love 2.11
  5. I Don't Care 1.39
  6. Sheena Is A Punk Rocker 2.49
  7. We're A Happy Family 2.30
  8. Teenage Lobotomy 2.01
  9. Do You Wanna Dance? 1.55 (Freeman)
  10. I Wanna Be Well 2.28
  11. I Can't Give You Anything 2.01
  12. Ramona 2.35
  13. Surfin' Bird 2.36 (White/Frazier/Harris/Wilson)
  14. Why Is It Always This Way? 2.15
All songs written by The Ramones except "Do You Wanna Dance?" and "Surfin' Bird"

Road to Ruin (1978)

  1. I Just Want To Have Something To Do 2.42
  2. I Wanted Everything 3.19
  3. Don't Come Close 2.45
  4. I Don't Want You 2.26
  5. Needles And Pins 2.21 (Bono/Nitzsche)
  6. I'm Against It 2.07
  7. I Wanna Be Sedated 2.29
  8. Go Mental 2.41
  9. Questioningly 3.22
  10. She's The One 2.12
  11. Bad Brain 2.24
  12. It's A Long Way Back 2.21
All songs written by The Ramones except "Needles And Pins"

End of the Century (1980)

  1. Do You Remember Rock'N'Roll Radio 3.50
  2. I'm Affected 2.51
  3. Danny Says 3.06
  4. Chinese Rock 2.28
  5. The Return Of Jackie And Judy 3.12
  6. Let's Go 2.31
  7. Baby, I Love You 3.47 (Phil Spector/Jeff Barry/Ellie Greenwich)
  8. I Can't Make It On Time 2.32
  9. This Ain't Havana 2.18
  10. Rock'N'Roll High School 2.38
  11. All The Way 2.29
  12. High Risk Insurance 2.08
All songs written by The Ramones except "Baby, I Love You"

Pleasant Dreams (1981)

  1. We Want The Airwaves 3.20 (Joey Ramone)
  2. All's Quiet On The Eastern Front 2.12 (Dee Dee Ramone)
  3. The KKK Took My Baby Away (2.31) (Joey Ramone)
  4. Don't Go (2.46) (Joey Ramone)
  5. You Sound Like You're Sick 2.40 (Dee Dee Ramone)
  6. It's Not My Place (In The 9 To 5 World) 3.22 (Joey Ramone)
  7. She's A Sensation 3.26 (Joey Ramone)
  8. 7-11 3.33 (Joey Ramone)
  9. You Didn't Mean Anything To Me 2.59 (Dee Dee Ramone)
  10. Come On Now 2.30 (Dee Dee Ramone)
  11. This Business Is Killing Me 2.39 (Joey Ramone)
  12. Sitting In My Room 2.30 (Dee Dee Ramone)

Subterranean Jungle (1983)

  1. Little Bit O'Soul 2.43 (Carter/Lewis)
  2. I Need Your Love 3.03 (Bobby Dee Waxman)
  3. Outsider 2.10 (Dee Dee Ramone)
  4. What'D Ya Do? 2.24 Joey Ramone)
  5. Highest Trails Above 2.09 (Dee Dee Ramone)
  6. Somebody Like Me 2.34 (Dee Dee Ramone)
  7. Psycho Therapy 2.35 (Dee Dee Ramone/Johnny Ramone)
  8. Time Has Come Today 4.25 (Willie Chambers/Joseph Chambers)
  9. My-My Kind Of A Girl 3.31 (Joey Ramone)
  10. In The Park 2.34 (Dee Dee Ramone)
  11. Time Bomb 2.09 (Dee Dee Ramone)
  12. Everytime I Eat Vegetables It Makes Me Think Of You 3.04 (Joey Ramone)

Too Tough to Die (1984)

  1. Mama's Boy 2.09 (Johnny Ramone/Dee Dee Ramone/Tommy Erdelyi)
  2. I'm Not Afraid Of Life 3.12 (Dee Dee Ramone)
  3. Too Tough To Die 2.35 (Dee Dee Ramone)
  4. Durango 95 0.55 (Written Johnny Ramone)
  5. Wart Hog 1.54 (Dee Dee Ramone/Johnny Ramone)
  6. Danger Zone 2.03 (Dee Dee Ramone/Johnny Ramone)
  7. Chasing The Night 4.25 (Lyrics by Joey Ramone/Dee Dee Ramone)(Written by Busta Jones)
  8. Howling At The Moon 4.06 (Dee Dee Ramone)
  9. Daytime Dilemma (Dangers Of Love) 4.31 (Lyrics by Joey Ramone)(Written by Joey Ramone/Daniel Rey)
  10. Planet Earth 1988 2.54 (Dee Dee Ramone)
  11. Humankind 2.41 (Richie Ramone)
  12. Endless Vacation 1.45 (Dee Dee Ramone/Johnny Ramone)
  13. No Go 3.03 (Joey Ramone)

Animal Boy (1986)

  1. Somebody Put Something In My Drink 3.23 (Richie Ramone)
  2. Animal Boy 1.50 (Dee Dee Ramone/Johnny Ramone)
  3. Love Kills 2.19 (Dee Dee Ramone)
  4. Apeman hop 2.02 (Dee Dee Ramone)
  5. She Belongs To Me 3.54 (Dee Dee Ramone/Jean Beauvoir)
  6. Crummy Stuff 2.06 (Dee Dee Ramone)
  7. My Brain Is Hanging Upside Down (Bonzo Goes To Bitburg) 3.55 (Dee Dee Ramone/Joey Ramone)
  8. Mental Hell 2.38 (Joey Ramone)
  9. Eat That Rat 1.37 (Dee Dee Ramone/Johnny Ramone)
  10. Freak Of Nature 1.32 (Dee Dee Ramone/Johnny Ramone)
  11. Hair Of The Dog 2.19 (Joey Ramone)
  12. Something To Believe In 4.01 (Dee Dee Ramone/Jean Beauvoir)

Halfway to Sanity (1987)

  1. I Wanna Live 2.36 (Dee Dee Ramone/Daniel Rey)
  2. Bop 'Til You Drop 2.09 (Dee Dee Ramone/Johnny Ramone)
  3. Garden Of Serenity 2.35 (Dee Dee Ramone/Daniel Rey)
  4. Weasel Face 1.49 (Dee Dee Ramone/Johnny Ramone)
  5. Go Lil' Camaro Go 2.00 (Dee Dee Ramone)
  6. I Know Better Now 2.37 (Richie Ramone)
  7. Death Of Me 2.39 (Joey Ramone)
  8. I Lost My Mind 1.33 (Dee Dee Ramone/Johnny Ramone)
  9. A Real Cool Time 2.38 (Joey Ramone)
  10. I'm Not Jesus 2.52 (Richie Ramone)
  11. Bye Bye Baby 4.33 (Joey Ramone)
  12. Worm Man 1.52 (Dee Dee Ramone)

Brain Drain (1989)

  1. I Believe In Miracles 3.20 (Dee Dee Ramone/Daniel Rey)
  2. Zero Zero UFO 2.25 (Dee Dee Ramone/Daniel Rey)
  3. Don't Bust My Chops 2.28 (Dee Dee Ramone/Joey Ramone/Daniel Rey)
  4. Punishment Fits The Crime 3.05 (Dee Dee Ramone/Richie Stotts)
  5. All Screwed Up 4.00 (Joey Ramone/Andy Shernoff/Marky Ramone/Daniel Rey)
  6. Palisades Park 2.20 (Charles Parris)
  7. Pet Sematary 3.30 (Dee Dee Ramone/Daniel Rey)
  8. Learn To Listen 1.51 (Dee Dee Ramone/Johnny Ramone/Marky Ramone/Daniel Rey)
  9. Can't Get You Outta My Mind 3.22 (Joey Ramone)
  10. Ignorance Is Bliss 2.38 (Joey Ramone/Andy Shernoff)
  11. Come Back, Baby 4.01 (Joey Ramone)
  12. Merry Christmas (I Don't Want To Fight Tonight) 2.06 (Joey Ramone)

Mondo Bizarro (1992)

  1. Censorshit 3.13 (Joey Ramone)
  2. The Job That Ate My Brain 2.17 (Marky Ramone/Skinny Bones)
  3. Poison Heart 4.04 (Dee Dee Ramone/Daniel Rey)
  4. Anxiety 2.04 (Marky Ramone/Skinny Bones)
  5. Strength To Endure 2.59 (Dee Dee Ramone/Daniel Rey)
  6. It's Gonna Be Alright 3.20 (Joey Ramone/Andy Shernoff)
  7. Take It As It Comes 2.07 (Jim Morrison/John Densmore/Robby Krieger/Ray Manzarek)
  8. Main Man 3.29 (Dee Dee Ramone/Daniel Rey)
  9. Tomorrow She Goes Away 2.41 (Joey Ramone/Daniel Rey)
  10. I Won't Let It Happen 2.22 (Joey Ramone/Andy Shernoff)
  11. Cabbies On Crack 3.01 (Joey Ramone)
  12. Heidi Is A Headcase 2.57 (Joey Ramone/Daniel Rey)
  13. Touring 2.51 (Joey Ramone)

Acid Eaters (1993)

  1. Journey To The Center Of The Mind 2.52 (Ted Nugent/Steve Farmer)
  2. Substitute 3.15 (Peter Townshend)
  3. Out Of Time 2.41 (Mick Jagger/Keith Richards)
  4. The Shape Of Things To Come 1.46 (Barry Mann/Cynthia Weil)
  5. Somebody To Love 2.32 (Darby Slick)
  6. When I Was Young 3.16 (Eric Burdon/John Weider/Victor Briggs/Daniel McCulloch/Barry Jenkins)
  7. 7 And 7 Is 1.51 (Arthur Lee)
  8. My Back Pages 2.27 (Bob Dylan)
  9. Can't Seem To Make You Mine 2.42 (Sky Saxon)
  10. Have You Ever Seen The Rain 2.22 (John Fogerty)
  11. I Can't Control Myself 2.56 (Reg Presley)
  12. Surf City 2.27 (Brian Wilson/Jan Berry)

Adios Amigos (1995)

  1. I Don't Wanna Grow Up 2.43 (Tom Waits/Kathleen Brenman)
  2. Makin Monsters For My Friend 2.33(Dee Dee Ramone/Daniel Rey)
  3. It's Not For Me To Know 2.50 (Dee Dee Ramone/Daniel Rey)
  4. The Crusher 2.24 (Dee Dee Ramone/Daniel Rey)
  5. Life's A Gas 3.35 (Joey Ramone)
  6. Take The Pain Away 2.40 (Dee Dee Ramone/Daniel Rey)
  7. I Love You 2.21 (J.Genzale)
  8. Cretin Family 2.08 (Dee Dee Ramone/Daniel Rey)
  9. Have A Nice Day 1.41 (Marky Ramone/Skinny Bones)
  10. Scattergun 2.30 (C.J. Ramone)
  11. Got Alot To Say 1.42 (C.J Ramone)
  12. She Talks To Rainbows 3.13 (Joey Ramone)
  13. Born To Die In Berlin 3.31 (Dee Dee Ramone/John Carco)

Kamis, 09 Desember 2010

ROCK IN INDONESIA

Awal Mula

Embrio kelahiran scene musik rock underground di Indonesia sulit dilepaskan dari evolusi rocker-rocker pionir era 70-an sebagai pendahulunya. Sebut saja misalnya God Bless, Gang Pegangsaan, Gypsy(Jakarta), Giant Step, Super Kid (Bandung), Terncem (Solo), AKA/SAS (Surabaya), Bentoel (Malang) hingga Rawe Rontek dari Banten. Mereka inilah generasi pertama rocker Indonesia. Istilah underground sendiri sebenarnya sudah digunakan Majalah Aktuil sejak awal era 70- an. Istilah tersebut digunakan majalah musik dan gaya hidup pionir asal Bandung itu untuk mengidentifikasi band-band yang memainkan musik keras dengan gaya yang lebih `liar’ dan `ekstrem’ untuk ukuran jamannya. Padahal kalau mau jujur, lagu-lagu yang dimainkan band- band tersebut di atas bukanlah lagu karya mereka sendiri, melainkan milik band-band luar negeri macam Deep Purple, Jefferson Airplane, Black Sabbath, Genesis, Led Zeppelin, Kansas, Rolling Stones hingga ELP. Tradisi yang kontraproduktif ini kemudian mencatat sejarah
namanya sempat mengharum di pentas nasional. Sebut saja misalnya El Pamas, Grass Rock (Malang), Power Metal (Surabaya), Adi Metal Rock (Solo), Val Halla (Medan) hingga Roxx (Jakarta). Selain itu Log jugalah yang membidani lahirnya label rekaman rock yang pertama di Indonesia, Logiss Records. Produk pertama label ini adalah album
ketiga God Bless, “Semut Hitam” yang dirilis tahun 1988 dan ludes hingga 400.000 kaset di seluruh Indonesia.

Menjelang akhir era 80-an, di seluruh dunia waktu itu anak-anak muda sedang mengalami demam musik thrash metal. Sebuah perkembangan style musik metal yang lebih ekstrem lagi dibandingkan heavy metal. Band- band yang menjadi gods-nya antara lain Slayer, Metallica, Exodus, Megadeth, Kreator, Sodom, Anthrax hingga Sepultura. Kebanyakan kota- kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Surabaya, Malang hingga Bali, scene undergroundnya pertama kali lahir dari genre musik ekstrem tersebut. Di Jakarta sendiri komunitas metal pertama kali tampil di depan publik pada awal tahun 1988. Komunitas anak metal (saat itu istilah underground belum populer) ini biasa hang out di Pid Pub, sebuah pub kecil di kawasan pertokoan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Menurut Krisna J. Sadrach, frontman Sucker Head, selain nongkrong, anak-anak yang hang out di sana oleh Tante Esther, owner Pid Pub, diberi kesempatan untuk bisa manggung di sana. Setiap malam minggu biasanya selalu ada live show dari band-band baru di Pid Pub dan kebanyakan band-band tersebut mengusung musik rock atau metal.

Band-band yang sering hang out di scene Pid Pub ini antara lain Roxx (Metallica & Anthrax), Sucker Head (Kreator & Sepultura), Commotion Of Resources (Exodus), Painfull Death, Rotor (Kreator), Razzle (GN’R), Parau (DRI & MOD), Jenazah, Mortus hingga Alien Scream (Obituary). Beberapa band diatas pada perjalanan berikutnya banyak yang membelah diri menjadi band-band baru. Commotion Of Resources adalah cikal bakal band gothic metal Getah, sedangkan Parau adalah embrio band death metal lawas Alien Scream. Selain itu Oddie, vokalis Painfull Death selanjutnya membentuk grup industrial Sic Mynded di Amerika Serikat bersama Rudi Soedjarwo (sutradara Ada Apa Dengan Cinta?). Rotor sendiri dibentuk pada tahun 1992 setelah cabutnya gitaris Sucker Head, Irvan Sembiring yang merasa konsep musik Sucker Head saat itu masih kurang ekstrem baginya.

Semangat yang dibawa para pendahulu ini memang masih berkutat pola tradisi `sekolah lama’, bangga menjadi band cover version! Di antara mereka semua, hanya Roxx yang beruntung bisa rekaman untuk single pertama mereka, “Rock Bergema”. Ini terjadi karena mereka adalah salah satu finalis Festival Rock Se-Indonesia ke-V. Mendapat kontrak rekaman dari label adalah obsesi yang terlalu muluk saat itu. Jangankan rekaman, demo rekaman bisa diputar di radio saja mereka sudah bahagia. Saat itu stasiun radio yang rutin mengudarakan musik- musik rock/metal adalah Radio Bahama, Radio Metro Jaya dan Radio SK. Dari beberapa radio tersebut mungkin yang paling legendaris adalah Radio Mustang. Mereka punya program bernama Rock N’ Rhythm yang
mengudara setiap Rabu malam dari pukul 19.00 – 21.00 WIB. Stasiun radio ini bahkan sempat disatroni langsung oleh dedengkot thrash metal Brasil, Sepultura, kala mereka datang ke Jakarta bulan Juni 1992. Selain medium radio, media massa yang kerap mengulas berita- berita rock/metal pada waktu itu hanya Majalah HAI, Tabloid Citra Musik dan Majalah Vista.

Selain hang out di Pid Pub tiap akhir pekan, anak-anak metal ini sehari-harinya nongkrong di pelataran Apotik Retna yang terletak di daerah Cilandak, Jakarta Selatan. Beberapa selebritis muda yang dulu sempat nongkrong bareng (groupies?) anak-anak metal ini antara lain Ayu Azhari, Cornelia Agatha, Sophia Latjuba, Karina Suwandi hingga Krisdayanti. Aktris Ayu Azhari sendiri bahkan sempat dipersunting sebagai istri oleh (alm) Jodhie Gondokusumo yang merupakan vokalis Getah dan juga
mantan vokalis Rotor.

Tak seberapa jauh dari Apotik Retna, lokasi lain yang sering dijadikan lokasi rehearsal adalah Studio One Feel yang merupakan studio latihan paling legendaris dan bisa dibilang hampir semua band- band rock/metal lawas ibukota pernah rutin berlatih di sini. Selain Pid Pub, venue alternatif tempat band-band rock underground
manggung pada masa itu adalah Black Hole dan restoran Manari Open Air di Museum Satria Mandala (cikal bakal Poster Café). Diluar itu, pentas seni MA dan acara musik kampus sering kali pula di “infiltrasi” oleh band-band metal tersebut. Beberapa pensi yang historikal di antaranya adalah Pamsos (SMA 6 Bulungan), PL Fair (SMA
Pangudi Luhur), Kresikars (SMA 82), acara musik kampus Universitas
Nasional (Pejaten), Universitas Gunadarma, Universitas Indonesia (Depok), Unika Atmajaya Jakarta, Institut Teknologi Indonesia (Serpong) hingga Universitas Jayabaya (Pulomas).

Berkonsernya dua supergrup metal internasional di Indonesia, Sepultura (1992) dan Metallica (1993) memberi kontribusi cukup besar bagi perkembangan band-band metal sejenis di Indonesia. Tak berapa lama setelah Sepultura sukses “membakar” Jakarta dan Surabaya, band speed metal Roxx merilis album debut self-titled mereka di bawah
label Blackboard. Album kaset ini kelak menjadi salah satu album speed metal klasik Indonesia era 90-an. Hal yang sama dialami pula oleh Rotor. Sukses membuka konser fenomenal Metallica selama dua hari berturut-turut di Stadion Lebak Bulus, Rotor lantas merilis album thrash metal major labelnya yang pertama di Indonesia, Behind The 8th Ball (AIRO). Bermodalkan rekomendasi dari manajer tur Metallica dan honor 30 juta rupiah hasil dua kali membuka konser Metallica, para personel Rotor (minus drummer Bakkar Bufthaim) lantas eksodus ke negeri Paman Sam untuk mengadu nasib. Sucker Head sendiri tercatat paling telat dalam merilis album debut dibanding band
seangkatan mereka lainnya. Setelah dikontrak major label lokal, Aquarius
Musikindo, baru di awal 1995 mereka merilis album `The Head Sucker’. Hingga kini Sucker Head tercatat sudah merilis empat buah album.

Dari sedemikian panjangnya perjalanan rock underground di tanah air, mungkin baru di paruh pertama dekade 90-anlah mulai banyak terbentuk scene-scene underground dalam arti sebenarnya di Indonesia. Di Jakarta sendiri konsolidasi scene metal secara masif berpusat di Blok M sekitar awal 1995. Kala itu sebagian anak-anak metal sering
terlihat nongkrong di lantai 6 game center Blok M Plaza dan di sebuah resto waralaba terkenal di sana. Aktifitas mereka selain hang out adalah bertukar informasi tentang band-band lokal daninternasional, barter CD, jual-beli t-shirt metal hingga merencanakan pengorganisiran konser. Sebagian lagi yang lainnya memilih hang out di basement Blok Mall yang kebetulan letaknya berada di bawah tanah.

Pada era ini hype musik metal yang masif digandrungi adalah subgenre yang makin ekstrem yaitu death metal, brutal death metal, grindcore, black metal hingga gothic/doom metal. Beberapa band yang makin mengkilap namanya di era ini adalah Grausig, Trauma, Aaarghhh, Tengkorak, Delirium Tremens, Corporation of Bleeding, Adaptor, Betrayer, Sadistis, Godzilla dan sebagainya. Band grindcore Tengkorak pada tahun 1996 malah tercatat sebagai band yang pertama kali merilis mini album secara independen di Jakarta dengan judul `It’s A Proud To Vomit Him’. Album ini direkam secara profesional di Studio Triple M, Jakarta dengan sound engineer Harry Widodo (sebelumnya pernah menangani album Roxx, Rotor, Koil, Puppen dan PAS).

Tahun 1996 juga sempat mencatat kelahiran fanzine musik underground pertama di Jakarta, Brainwashed zine. Edisi pertama Brainwashed terbit 24 halaman dengan menampilkan cover Grausig dan profil band Trauma, Betrayer serta Delirium Tremens. Di ketik di komputer berbasis system operasi Windows 3.1 dan lay-out cut n’ paste tradisional, Brainwashed kemudian diperbanyak 100 eksemplar dengan mesin foto kopi milik saudara penulis sendiri. Di edisi-edisi berikutnya Brainwashed mengulas pula band-band hardcore, punk bahkan ska. Setelah terbit fotokopian hingga empat edisi, di tahun 1997 Brainwashed sempat dicetak ala majalah profesional dengan cover
penuh warna. Hingga tahun 1999 Brainwashed hanya kuat terbit hingga tujuh edisi, sebelum akhirnya di tahun 2000 penulis menggagas format e-zine di internet (www.bisik.com). Media-media serupa yang selanjutnya lebih konsisten terbit di Jakarta antara lain Morbid Noise zine, Gerilya zine, Rottrevore zine, Cosmic zine dan
sebagainya.

29 September 1996 menandakan dimulainya sebuah era baru bagi perkembangan rock underground di Jakarta. Tepat pada hari itulah digelar acara musik indie untuk pertama kalinya di Poster Café. Acara bernama “Underground Session” ini digelar tiap dua minggu sekali pada malam hari kerja. Café legendaris yang dimiliki rocker gaek
Ahmad Albar ini banyak melahirkan dan membesarkan scene musik indie baru yang memainkan genre musik berbeda dan lebih variatif. Lahirnya scene Brit/indie pop, ledakan musik ska yang fenomenal era 1997 – 2000 sampai tawuran massal bersejarah antara sebagian kecil massa Jakarta dengan Bandung terjadi juga di tempat ini. Getah,
Brain The Machine, Stepforward, Dead Pits, Bloody Gore, Straight Answer, Frontside, RU Sucks, Fudge, Jun Fan Gung Foo, Be Quiet, Bandempo, Kindergarten, RGB, Burning Inside, Sixtols, Looserz, HIV, Planet Bumi, Rumahsakit, Fable, Jepit Rambut, Naif, Toilet Sounds, Agus Sasongko & FSOP adalah sebagian kecil band-band yang `kenyang’ manggung di sana.

10 Maret 1999 adalah hari kematian scene Poster Café untuk selama- lamanya. Pada hari itu untuk terakhir kalinya diadakan acara musik di sana (Subnormal Revolution) yang berujung kerusuhan besar antara massa punk dengan warga sekitar hingga berdampak hancurnya beberapa mobil dan unjuk giginya aparat kepolisian dalam membubarkan massa. Bubarnya Poster Café diluar dugaan malah banyak melahirkan venue- venue alternatif bagi masing-masing scene musik indie. Café Kupu- Kupu di Bulungan sering digunakan scene musik ska, Pondok Indah Waterpark, GM 2000 café dan Café Gueni di Cikini untuk scene Brit/indie pop, Parkit De Javu Club di Menteng untuk gigs punk/hardcore dan juga indie pop. Belakangan BB’s Bar yang super- sempit di Menteng sering disewa untuk acara garage rock-new wave-mellow punk juga rock yang kini sedang hot, seperti The Upstairs, Seringai, The Brandals, C’mon Lennon, Killed By Butterfly, Sajama Cut,
Devotion dan banyak lagi. Di antara semuanya, mungkin yang paling `netral’ dan digunakan lintas-scene cuma Nirvana Café yangterletak di basement Hotel Maharadja, Jakarta Selatan. Di tempat ini pulalah, 13 Januari 2002 silam, Puppen `menghabisi riwayat’ mereka dalam sebuah konser bersejarah yang berjudul, “Puppen : Last Show Ever”, sebuah rentetan show akhir band Bandung ini sebelum membubarkan diri.

Scene Punk/Hardcore/Brit/Indie Pop

Invasi musik grunge/alternative dan dirilisnya album Kiss This dari Sex Pistols pada tahun 1992 ternyata cukup menjadi trigger yang ampuh dalam melahirkan band-band baru yang tidak memainkan musik metal. Misalnya saja band Pestol Aer dari komunitas Young Offender yang diawal kiprahnya sering meng-cover lagu-lagu Sex Pistols lengkap dengan dress-up punk dan haircut mohawknya. Uniknya, pada perjalanan selanjutnya, sekitar tahun 1994, Pestol Aer kemudian mengubah arah musik mereka menjadi band yang mengusung genre british/indie pop ala The Stone Roses. Konon, peristiwa historik ini
kemudian menjadi momen yang cukup signifikan bagi perkembangan scene british/indie pop di Jakarta. Sebelum bubar, di pertengahan 1997 mereka sempat merilis album debut bertitel `…Jang Doeloe’. Generasi awal dari scene brit pop ini antara lain adalah band Rumahsakit, Wondergel, Planet Bumi, Orange, Jellyfish, Jepit Rambut, Room-V,
Parklife hingga Death Goes To The Disco.

Pestol Aer memang bukan band punk pertama, ibukota ini di tahun 1989 sempat melahirkan band punk/hardcore pionir Antiseptic yang kerap memainkan nomor-nomor milik Black Flag, The Misfits, DRI sampai Sex Pistols. Lukman (Waiting Room/The Superglad) dan Robin (Sucker Head/Noxa) adalah alumnus band ini juga. Selain sering manggung di Jakarta, Antiseptic juga sempat manggung di rockfest legendaris Bandung, Hullabaloo II pada akhir 1994. Album debut Antiseptic sendiri yang bertitel `Finally’ baru rilis delapan tahun kemudian (1997) secara D.I.Y. Ada juga band alternatif seperti Ocean yang memainkan musik ala Jane’s Addiction dan lainnya, sayangnya mereka tidak sempat merilis rekaman.

Selain itu, di awal 1990, Jakarta juga mencetak band punk rock The Idiots yang awalnya sering manggung meng-cover lagu-lagu The Exploited. Nggak jauh berbeda dengan Antiseptic, baru sembilan tahun kemudian The Idiots merilis album debut mereka yang bertitel `Living Comfort In Anarchy’ via label indie Movement Records. Komunitas-
komunitas punk/hardcore juga menjamur di Jakarta pada era 90-an tersebut. Selain komunitas Young Offender tadi, ada pula komunitas South Sex (SS) di kawasan Radio Dalam, Subnormal di Kelapa Gading, Semi-People di Duren Sawit, Brotherhood di Slipi, Locos di Blok M hingga SID Gank di Rawamangun.

Sementara rilisan klasik dari scene punk/hardcore Jakarta adalah album kompilasi Walk Together, Rock Together (Locos Enterprise) yang rilis awal 1997 dan memuat singel antara lain dari band Youth Against Fascism, Anti Septic, Straight Answer, Dirty Edge dan sebagainya. Album kompilasi punk/hardcore klasik lainnya adalah Still One, Still Proud (Movement Records) yang berisikan singel dari Sexy Pig, The Idiots, Cryptical Death hingga Out Of Control.

Bandung scene

Di Bandung sekitar awal 1994 terdapat studio musik legendaris yang menjadi cikal bakal scene rock underground di sana. Namanya Studio Reverse yang terletak di daerah Sukasenang. Pembentukan studio ini digagas oleh Richard Mutter (saat itu drummer PAS) dan Helvi. Ketika semakin berkembang Reverse lantas melebarkan sayap bisnisnya dengan
membuka distro (akronim dari distribution) yang menjual CD, kaset, poster, t-shirt, serta berbagai aksesoris import lainnya. Selain distro, Richard juga sempat membentuk label independen 40.1.24 yang rilisan pertamanya di tahun 1997 adalah kompilasi CD yang bertitel “Masaindahbangetsekalipisan.” Band-band indie yang ikut serta di kompilasi ini antara lain adalah Burger Kill, Puppen, Papi, Rotten To The Core, Full of Hate dan Waiting Room, sebagai satu- satunya band asal Jakarta.

Band-band yang sempat dibesarkan oleh komunitas Reverse ini antara lain PAS dan Puppen. PAS sendiri di tahun 1993 menorehkan sejarah sebagai band Indonesia yang pertama kali merilis album secara independen. Mini album mereka yang bertitel “Four Through The S.A.P” ludes terjual 5000 kaset dalam waktu yang cukup singkat. Mastermind yang melahirkan ide merilis album PAS secara independen tersebut adalah (alm) Samuel Marudut. Ia adalah Music Director Radio GMR, sebuah stasiun radio rock pertama di Indonesia yang kerap memutar demo-demo rekaman band-band rock amatir asal Bandung, Jakarta dan sekitarnya. Tragisnya, di awal 1995 Marudut ditemukan tewas tak bernyawa di kediaman Krisna Sucker Head di Jakarta. Yang mengejutkan, kematiannya ini, menurut Krisna, diiringi lagu The End dari album Best of The Doors yang diputarnya pada tape di kamar Krisna. Sementara itu Puppen yang dibentuk pada tahun 1992 adalah salah satu pionir hardcore lokal yang hingga akhir hayatnya di tahun 2002 sempat merilis tiga album yaitu, Not A Pup E.P. (1995), MK II (1998) dan Puppen s/t (2000). Kemudian menyusul Pure Saturday dengan albumnya yang self-titled. Album ini kemudian dibantu promosinya oleh Majalah Hai. Kubik juga mengalami hal yang sama, dengan cara bonus kaset 3 lagu sebelum rilis albumnya.

Agak ke timur, masih di Bandung juga, kita akan menemukan sebuah komunitas yang menjadi episentrum underground metal di sana, komunitas Ujung Berung. Dulunya di daerah ini sempat berdiri Studio Palapa yang banyak berjasa membesarkan band-band underground cadas macam Jasad, Forgotten, Sacrilegious, Sonic Torment, Morbus Corpse, Tympanic Membrane, Infamy, Burger Kill dan sebagainya. Di sinilah kemudian pada awal 1995 terbit fanzine musik pertama di Indonesia yang bernama Revograms Zine. Editornya Dinan, adalah vokalis band Sonic Torment yang memiliki single unik berjudul “Golok Berbicara”. Revograms Zine tercatat sempat tiga kali terbit dan kesemua materi isinya membahas band-band metal/hardcore lokal maupun internasional.

Kemudian taklama kemudian fanzine indie seperti Swirl, Tigabelas, Membakar Batas dan yang lainnya ikut meramaikan media indie. Ripple dan Trolley muncul sebagai majalah yang membahas kecenderungan subkultur Bandung dan jug lifestylenya. Trolley bangkrut tahun 2002, sementara Ripple berubah dari pocket magazine ke format majalah standar. Sementara fanzine yang umumnya fotokopian hingga kini masih terus eksis. Serunya di Bandung tak hanya musik ekstrim yang maju tapi juga scene indie popnya. Sejak Pure Saturday muncul, berbagai band indie pop atau alternatif, seperti Cherry Bombshell, Sieve, Nasi Putih hingga yang terkini seperti The Milo, Mocca, Homogenic. Begitu pula scene ska yang sebenarnya sudah ada jauh sebelum trend ska besar. Band seperti Noin Bullet dan Agent Skins sudah lama mengusung genre musik ini.

Siapapun yang pernah menyaksikan konser rock underground di Bandung pasti takkan melupakan GOR Saparua yang terkenal hingga ke berbagai pelosok tanah air. Bagi band-band indie, venue ini laksana gedung keramat yang penuh daya magis. Band luar Bandung manapun kalau belum di `baptis’ di sini belum afdhal rasanya. Artefak subkultur bawah tanah Bandung paling legendaris ini adalah saksi bisu digelarnya beberapa rock show fenomenal seperti Hullabaloo, Bandung Berisik hingga Bandung Underground. Jumlah penonton setiap acara-acara di atas tergolong spektakuler, antara 5000 – 7000 penonton! Tiket masuknya saja sampai diperjualbelikan dengan harga fantastis segala oleh para calo. Mungkin ini merupakan rekor tersendiri yang belum terpecahkan hingga saat ini di Indonesia untuk ukuran rock show underground.

Sempat dijuluki sebagai barometer rock underground di Indonesia, Bandung memang merupakan kota yang menawarkan sejuta gagasan-gagasan cerdas bagi kemajuan scene nasional. Booming distro yang melanda seluruh Indonesia saat ini juga dipelopori oleh kota ini. Keberhasilan menjual album indie hingga puluhan ribu keping yang dialami band Mocca juga berawal dari kota ini. Bahkan Burger Kill, band hardcore Indonesia yang pertama kali teken kontrak dengan major label, Sony Music Indonesia, juga dibesarkan di kota ini. Belum lagi majalah Trolley (RIP) dan Ripple yang seakan menjadi reinkarnasi Aktuil di jaman sekarang, tetap loyal memberikan porsi terbesar liputannya bagi band-band indie lokal keren macam Koil, Kubik, Balcony, The Bahamas, Blind To See, Rocket Rockers, The Milo, Teenage Death Star, Komunal hingga The S.I.G.I.T. Coba cek webzine Bandung, Death Rock Star (www.deathrockstar.tk) untuk membuktikannya. Asli, kota yang satu ini memang nggak ada matinya!

Scene Jogjakarta

Kota pelajar adalah julukan formalnya, tapi siapa sangka kalau kota ini ternyata juga menjadi salah satu scene rock underground terkuat di Indonesia? Well, mari kita telusuri sedikit sejarahnya. Komunitas metal underground Jogjakarta salah satunya adalah Jogja Corpsegrinder. Komunitas ini sempat menerbitkan fanzine metal Human Waste, majalah Megaton dan menggelar acara metal legendaris di sana, Jogja Brebeg. Hingga kini acara tersebut sudah terselenggara sepuluh kali! Band-band metal underground lawas dari kota ini antara lain Death Vomit, Mortal Scream, Impurity, Brutal Corpse, Mystis, Ruction.

Untuk scene punk/hardcore/industrial-nya yang bangkit sekitar awal 1997 tersebutlah nama Sabotage, Something Wrong, Noise For Violence, Black Boots, DOM 65, Teknoshit hingga yang paling terkini, Endank Soekamti. Sedangkan untuk scene indie rock/pop, beberapa nama yang patut di highlight adalah Seek Six Sick, Bangkutaman, Strawberry’s Pop sampai The Monophones. Selain itu, band ska paling keren yang pernah terlahir di Indonesia, Shaggy Dog, juga berasal dari kota ini. Shaggy Dog yang kini dikontrak EMI belakangan malah sedang asyik menggelar tur konser keliling Eropa selama 3 bulan! Kota gudeg ini tercatat juga pernah menggelar Parkinsound, sebuah festival musik elektronik yang pertama di Indonesia. Parkinsound #3 yang diselenggarakan tanggal 6 Juli 2001 silam di antaranya menampilkan Garden Of The Blind, Mock Me Not, Teknoshit, Fucktory, Melancholic Bitch hingga
Mesin Jahat.

Scene Surabaya

Scene underground rock di Surabaya bermula dengan semakin tumbuh-berkembangnya band-band independen beraliran death metal/grindcore sekitar pertengahan tahun 1995. Sejarah terbentuknya berawal dari event Surabaya Expo (semacam Jakarta Fair di DKI - Red) dimana band- band underground metal seperti, Slowdeath, Torture, Dry, Venduzor, Bushido manggung di sebuah acara musik di event tersebut.

Setelah event itu masing-masing band tersebut kemudian sepakat untuk mendirikan sebuah organisasi yang bernama Independen. Base camp dari organisasi yang tujuan dibentuknya sebagai wadah pemersatu serta sarana sosialisasi informasi antar musisi/band underground metal ini waktu itu dipusatkan di daerah Ngagel Mulyo atau tepatnya di studio milik band Retri Beauty (band death metal dengan semua personelnya cewek, kini RIP - Red). Anggota dari organisasi yang merupakan cikal bakal terbentuknya scene underground metal di Surabaya ini memang sengaja dibatasi hanya sekitar 7-10 band saja.

Rencana pertama Independen waktu itu adalah menggelar konser underground rock di Taman Remaja, namun rencana ini ternyata gagal karena kesibukan melakukan konsolidasi di dalam scene. Setelah semakin jelas dan mulai berkembangnya scene underground metal di Surabaya pada akhir bulan Desember 1997 organisasi Independen resmi dibubarkan. Upaya ini dilakukan demi memperluas jaringan agar semakin tidak tersekat-sekat atau menjadi terkotak-kotak komunitasnya.

Pada masa-masa terakhir sebelum bubarnya organisasi Independen, divisi record label mereka tercatat sempat merilis beberapa buah album milik band-band death metal/grindcore Surabaya. Misalnya debut album milik Slowdeath yang bertitel “From Mindless Enthusiasm to Sordid Self-Destruction” (September 96), debut album Dry berjudul “Under The Veil of Religion” (97), Brutal Torture “Carnal Abuse”, Wafat “Cemetery of Celerage” hingga debut album milik Fear Inside
yang bertitel “Mindestruction”. Tahun-tahun berikutnya barulah underground metal di Surabaya dibanjiri oleh rilisan-rilisan album milik Growl, Thandus, Holy Terror, Kendath hingga Pejah.

Sebagai ganti Independen kemudian dibentuklah Surabaya Underground Society (S.U.S) tepat di malam tahun baru 1997 di kampus Universitas 45, saat diselenggarakannya event AMUK I. Saat itu di Surabaya juga telah banyak bermunculan band-band baru dengan aliran musik black metal. Salah satu band death metal lama yaitu, Dry kemudian berpindah konsep musik seiring dengan derasnya pengaruh musik black metal di Surabaya kala itu.

Hanya bertahan kurang lebih beberapa bulan saja, S.U.S di tahun yang sama dilanda perpecahan di dalamnya. Band-band yang beraliran black metal kemudian berpisah untuk membentuk sebuah wadah baru bernama ARMY OF DARKNESS yang memiliki basis lokasi di daerah Karang Rejo. Berbeda dengan black metal, band-band death metal selanjutnya memutuskan tidak ikut membentuk organisasi baru. Selanjutnya di bulan September 1997 digelar event AMUK II di IKIP Surabaya. Event ini kemudian mencatat sejarah sendiri sebagai event paling sukses di Surabaya kala itu. 25 band death metal dan black metal tampil sejak pagi hingga sore hari dan ditonton oleh kurang lebih 800 – 1000 orang. Arwah, band black metal asal Bekasi juga turut tampil di even tersebut sebagai band undangan.

Scene ekstrem metal di Surabaya pada masa itu lebih banyak didominasi oleh band-band black metal dibandingkan band death metal/grindcore. Mereka juga lebih intens dalam menggelar event-event musik black metal karena banyaknya jumlah band black metal yang muncul. Tercatat kemudian event black metal yang sukses digelar di Surabaya seperti ARMY OF DARKNESS I dan II.

Tepat tanggal 1 Juni 1997 dibentuklah komunitas underground INFERNO 178 yang markasnya terletak di daerah Dharma Husada (Jl. Prof. DR. Moestopo,Red). Di tempat yang agak mirip dengan rumah-toko (Ruko) ini tercatat ada beberapa divisi usaha yaitu, distro, studio musik, indie label, fanzine, warnet dan event organizer untuk acara-acara underground di Surabaya. Event-event yang pernah di gelar oleh INFERNO 178 antara lain adalah, STOP THE MADNESS, TEGANGAN TINGGI I & II hingga BLUEKHUTUQ LIVE.

Band-band underground rock yang kini bernaung di bawah bendera INFERNO 178 antara lain, Slowdeath, The Sinners, Severe Carnage, System Sucks, Freecell, Bluekuthuq dan sebagainya. Fanzine metal asal komunitas INFERNO 178, Surabaya bernama POST MANGLED pertama kali terbit kala itu di event TEGANGAN TINGGI I di kampus Unair dengan tampilnya band-band punk rock dan metal. Acara ini tergolong kurang sukses karena pada waktu yang bersamaan juga digelar sebuah event black metal. Sayangnya, hal ini juga diikuti dengan mandegnya proses penggarapan POST MANGLED Zine yang tidak kunjung mengeluarkan edisinya yang terbaru hingga kini.

Maka, untuk mengantisipasi terjadinya stagnansi atau kesenjangan informasi di dalam scene, lahirlah kemudian GARIS KERAS Newsletter yang terbit pertama kali bulan Februari 1999. Newsletter dengan format fotokopian yang memiliki jumlah 4 halaman itu banyak mengulas berbagai aktivitas musik underground metal, punk hingga HC tak hanya di Surabaya saja tetapi lebih luas lagi. Respon positif pun menurut mereka lebih banyak datang justeru dari luar kota Surabaya itu sendiri. Entah mengapa, menurut mereka publik underground rock di Surabaya kurang apresiatif dan minim dukungannya terhadap publikasi independen macam fanzine atau newsletter tersebut. Hingga akhir hayatnya GARIS KERAS Newsletter telah menerbitkan edisinya hingga ke- 12.

Divisi indie label dari INFERNO 178 paling tidak hingga sekitar 10 rilisan album masih tetap menggunakan nama Independen sebagai nama label mereka. Baru memasuki tahun 2000 yang lalu label INFERNO 178 Productions resmi memproduksi album band punk tertua di Surabaya, The Sinners yang berjudul “Ajang Kebencian”. Selanjutnya label
INFERNO 178 ini akan lebih berkonsentrasi untuk merilis produk- produk berkategori non-metal. Sedangkan untuk label khusus death metal/brutal death/grindcore dibentuklah kemudian Bloody Pigs Records oleh Samir (kini gitaris TENGKORAK) dengan album kedua Slowdeath yang bertitel “Propaganda” sebagai proyek pertamanya yang dibarengi pula dengan menggelar konser promo tunggal Slowdeath di Café Flower sekitar bulan September 2000 lalu yang dihadiri oleh 150- an penonton. Album ini sempat mencatat sold out walau masih dalam jumlah terbatas saja. Ludes 200 keping tanpa sisa.

Scene Malang

Kota berhawa dingin yang ditempuh sekitar tiga jam perjalanan dari Surabaya ini ternyata memiliki scene rock underground yang “panas” sejak awal dekade 90-an. Tersebutlah nama Total Suffer Community(T.S.C) yang menjadi motor penggerak bagi kebangkitan komunitas rock underground di Malang sejak awal 1995. Anggota komunitas ini terdiri dari berbagai macam musisi lintas-scene, namun dominasinya tetap
saja anak-anak metal. Konser rock underground yang pertama kali digelar di kota Malang diorganisir pula oleh komunitas ini. Acara bertajuk Parade Musik Underground tersebut digelar di Gedung Sasana Asih YPAC pada tanggal 28 Juli 1996 dengan menampilkan band-band lokal Malang seperti Bangkai (grindcore), Ritual Orchestra (black metal),Sekarat (death metal), Knuckle Head (punk/hc), Grindpeace (industrial
death metal), No Man’s Land (punk), The Babies (punk) dan juga band-band asal Surabaya, Slowdeath (grindcore) serta The Sinners (punk).

Beberapa band Malang lainnya yang patut di beri kredit antara lain Keramat, Perish, Genital Giblets, Santhet dan tentunya Rotten Corpse. Band yang terakhir disebut malah menjadi pelopor style brutal death metal di Indonesia. Album debut mereka yang
bertitel “Maggot Sickness” saat itu menggemparkan scene metal di Jakarta, Bandung, Jogjakarta dan Bali karena komposisinya yang solid dan kualitas rekamannya yang top notch. Belakangan band ini pecah menjadi dua dan salah satu gitaris sekaligus pendirinya, Adyth, hijrah ke Bandung dan membentuk Disinfected. Di kota inilah lahir untuk kedua kalinya fanzine musik di Indonesia. Namanya Mindblast zine yang
diterbitkan oleh dua orang scenester, Afril dan Samack pada akhir 1995. Afril sendiri merupakan eks-vokalis band Grindpeace yang kini eksis di band crust-grind gawat, Extreme Decay. Sementara indie label pionir yang hingga kini masih bertahan serta tetap produktif merilis album di Malang adalah Confused Records

Scene Bali

Berbicara scene underground di Bali kembali kita akan menemukan komunitas metal sebagai pelopornya. Penggerak awalnya adalah komunitas 1921 Bali Corpsegrinder di Denpasar. Ikut eksis di dalamnya antara lain, Dede Suhita, Putra Pande, Age Grindcorner dan Sabdo Moelyo. Dede adalah editor majalah metal Megaton yang terbit di
Jogjakarta, Putra Pande adalah salah satu pionir webzine metal Indonesia
Corpsegrinder (kini Anorexia Orgasm) sejak 1998, Age adalah pengusaha distro yang pertama di Bali dan Moel adalah gitaris/vokalis band death metal etnik, Eternal Madness yang aktif menggelar konser underground di sana. Nama 1921 sebenarnya diambil dari durasi siaran program musik metal mingguan di Radio Cassanova, Bali yang
berlangsung dari pukul 19.00 hingga 21.00 WITA.

Awal 1996 komunitas ini pecah dan masing-masing individunya jalan sendiri-sendiri. Moel bersama EM Enterprise pada tanggal 20 Oktober 1996 menggelar konser underground besar pertama di Bali bernama Total Uyut di GOR Ngurah Rai, Denpasar. Band-band Bali yang tampil diantaranya Eternal Madness, Superman Is Dead, Pokoke, Lithium, Triple Punk, Phobia, Asmodius hingga Death Chorus. Sementara band- band luar Balinya adalah Grausig, Betrayer (Jakarta), Jasad, Dajjal, Sacrilegious, Total Riot (Bandung) dan Death Vomit (Jogjakarta). Konser ini sukses menyedot sekitar 2000 orang penonton dan hingga sekarang menjadi festival rock underground tahunan di sana. Salah satu
alumni Total Uyut yang sekarang sukses besar ke seantero nusantara adalah band punk asal Kuta, Superman Is Dead. Mereka malah menjadi band punk pertama di Indonesia yang dikontrak 6 album oleh Sony Music Indonesia. Band-band indie Bali masa kini yang stand out di antaranya adalah Navicula, Postmen, The Brews, Telephone, Blod Shot Eyes
dan tentu saja Eternal Madness yang tengah bersiap merilis album ke tiga mereka dalam waktu dekat.

Memasuki era 2000-an scene indie Bali semakin menggeliat. Kesuksesan S.I.D memberi inspirasi bagi band-band Bali lainnya untuk berusaha lebih keras lagi, toh S.I.D secara konkret sudah membuktikan kalau band `putera daerah’ pun sanggup menaklukan kejamnya industri musik ibukota. Untuk mendukung band-band Bali, drummer S.I.D, Jerinx dan beberapa kawannya kemudian membuka The Maximmum Rock N’ Roll Monarchy (The Max), sebuah pub musik yang berada di jalan Poppies, Kuta. Seringkali diadakan acara rock reguler di tempat ini.

Indie Indonesia Era 2000-an

Bagaimana pergerakan scene musik independen Indonesia era 2000-an? Kehadiran teknologi internet dan e-mail jelas memberikan kontribusi besar bagi perkembangan scene ini. Akses informasi dan komunikasi yang terbuka lebar membuat jaringan (networking) antar komunitas ini semakin luas di Indonesia. Band-band dan komunitas-komunitas baru banyak bermunculan dengan menawarkan style musik yang lebih beragam. Trend indie label berlomba-lomba merilis album band-band lokal juga menggembirakan, minimal ini adalah upaya pendokumentasian sejarah yang berguna puluhan tahun ke depan.

Yang menarik sekarang adalah dominasi penggunaan idiom `indie’ dan bukan underground untuk mendefinisikan sebuah scene musik non- mainstream lokal. Sempat terjadi polemik dan perdebatan klasikmengenai istilah `indie atau underground’ ini di tanah air. Sebagian orang memandang istilah `underground’ semakin bias karena kenyataannya kian hari semakin banyak band-band underground yang `sell-out’, entah itu dikontrak major label, mengubah style musik demi kepentingan bisnis atau laris manis menjual album hingga puluhan ribu keping. Sementara sebagian lagi lebih senang menggunakan idiom indie karena lebih `elastis’ dan misalnya, lebih friendly bagi band-band yang memang tidak memainkan style musik ekstrem. Walaupun terkesan lebih kompromis, istilah indie ini belakangan juga semakin sering digunakan oleh media massa nasional, jauh
meninggalkan istilah ortodoks `underground’ itu tadi.